Komunalbox.com
pusaka yang konon
katanya terbuat dari bongkahan meteor yang jatuh dari langit. Keris ini dibuat
oleh Empu Gandring, yang menjadi salah satu keris sakti seiring berdirinya
Kerajaan Singasari.
kala itu, Ken Arok
meminta Empu Gandring memuat keris dalam satu malam. Mustahil bagi seorang Empu
untuk membuatnya karena sebilah keris biasanya dibuat dua hingga tiga bulan.
Dengan kekuatan gaib, Empu Gandring menyanggupinya. Ia melakukan sejumlah
ritual mulai dari tirakat puasa dan amalan khusus sebelum memilih bahan untuk
membuat keris tersebut bertuah.
Batu meteor yang jatuh
dari langit akhirnya dipilih sebagai bahan untuk keris pesanan Ken Arok. Dalam
proses pembuatannya, keris tersebut juga dicelupkan ke dalam bisa ular. Ketika
Empu Gandring masih membuat sarungnya, Ken Arok datang mengambil keris tersebut
karena sudah satu hari.
Empu Gandring ternyata
menjadi korban pertama dari keris tersebut, karena Ken Arok menguji pusaka
tersebut dengan menusukan kepada pembuatnya karena dianggap tak menepati janji.
Yakni, tak menyelesaikan pembuatan keris, karena sarungnya belum selesai
dibuat.
Empu Gandring pun
mengeluarkan kutukannya dalam kondisi sekarat, keris tersebut akan meminta
tumbal nyawa tujuh turunan Ken Arok.Empu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa
keris itu akan menelan korban tujuh turunan dari Ken Arok.
Tumbal Keris
Kepala Daerah Tumapel,
Tunggul Ametung dibunuh Ken Arok untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken
Dedes. Padahal, Ken Arok merupakan pegawai dari Tunggul Ametung yang sangat
dipercaya
Pembunuhan Tunggul
Ametung dilakukan Ken Arok setelah dirinya mendengar dari Brahmana Lohgawe
bahwa "barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja
Dunia". Namun, Ken Arok memiliki siasat, yakni meminjamkan keris tersebut
kepada rekannya, Kebo Ijo.
Sehingga keris tersebut
dibawa ke mana-mana oleh Kebo Ijo untuk menarik perhatian umum, tujuannya agar
yang tertuduh membunuh Tunggul Ametung adalah Kebo Ijo. Siasatnya itu berhasil,
bahkan dirinya sebagai orang kepercayaan Tunggul Ametung langsung membunuh Kebo
Ijo dengan keris tersebut.
Niat Ken Arok memperistri Ken Dedes pun kesampaian, termasuk mengambil jabatan
Tunggul Ametung. Ia memperluas pengaruh Tumapel hingga menaklukan Kerajaan
Kediri. Ken Arok akhirnya mendirikan Kerajaan Singasari.
Seiring waktu,
pembunuhan Tunggul Ametung terendus oleh Anuspati, anak Ken Dedes dengan Tunggu
Ametung. Rupanya, Anuspati mengetahui kejadian pembunuhan tersebut dari Ken
Dedes.
Dikuasai amarah,
Anuspati pun bertekad untku membalas dendam. Kemudian, dia merancang pembalasan
dengan memerintahkan pendekar sakti kepercayaanya, Ki Pengalasan.
Suatu ketika, Ken Arok
mengamati pusaka kerajaan di kamarnya sendirian. Salah satu pusaka adalah keris
buatan Empu Gandring tanpa sarung. Kemudian, dirinya melihat ada ceceran daerah
pada keris tersebut hingga membuatnya ketakutan dan mendengar suara gaib dari
keris tersebut yang meminta tumbal.
Ken Arok pun teringat kutukan Empu Gandring, hingga kemudian berniat untuk
memusnahkan keris tersebut dengan membantingnya sampai hancur berkeping-keping.
Namun, keris tersebut tiba-tiba melayang dan menghilang dan berpindah tangan ke
Anuspati.
Anuspati yang dikuasai
dendam menyerahkan keris kepada Ki Pangalasan, orang dipercaya untuk menghabisi
Ken Arok. Setelah tugasnya diselesaikan, Anuspati pun membunuh Ki Pangalasan
untuk menghilangkan jejak dengan menggunakan keris pusaka tersebut.
Anuspati pun mengambil
pemerintahan Ken Arok. Namun, tak berlangsung lama karena putra Ken Arok dari
Ken Umang, yakni Tohjaya yang mengetahui kasus pembunuhan tersebut menuntut
balas.
Tohjaya menggelas
sabung ayam kerajaan yang digemari Anuspati. Dalam kelengahan Anuspati, Tohjaya
mengambil kesempatan mengambil keris Empu Gandring dan langsung membunuhnya di
tempat.
Pembunuhan itu
dilakukan berdasarkan hukuman, karena Anuspati diyakni sebagai pembunuh Ken
Arok. Tohjaya pun mengambil alih kekuasaan dan menjadi raja. Kekuasaan Tohjaya
tak juga lama, karena mencuat ketidakpuasan rakyat atas kepemimpinannya. Hal
itu juga dirasakan kalangan elite istana, baik dari keluarga maupun saudaranya,
seperti Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal.
Hal tersebut memicu terjadinya perang yang menewaskan Tohjaya. Setelah keadaan
dikuasai, Ranggawuni mengambil alih tahta kerajaan. Di masa Ranggawuni
disebutkan sebagai masa damai Kerajaan Singasari.
Keris Empu Gandring
hilang tak diketahui keberadaannya setelah Tohjaya terbunuh. Namun, beberapa
sumber spritual menyebutkan, keris tersebut sebenarnya tidak hilang. Dalam
arti, hilang musnah dan benar-benar tidak ketahuan keberadannya.
Dalam sejarah ataupun
legenda ternyata ada 7 (tujuh) orang terbunuh oleh keris itu, yaitu Empu
Gandring (pembuat keris), Kebo Ijo (rekan Ken Arok), Tunggul Ametung (penguasa
Tumapel saat itu), Ken Arok (pendiri Kerajaan Singasari).
Kemudian, Ki Pengalasan
(pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok), Anusapati (anak Ken Dedes yang
memerintah Ki Pengalasan membunuh Ken Arok), dan Tohjaya (putra Ken Arok dari
selirnya Ken Umang tidak terbunuh oleh keris ini). Terakhir Ken Dedes yang mati
oleh keris itu.
Kemudian, keris itu
diambil oleh raja Jawa yang memiliki kesaktian luar biasa untuk memusnahkan
keris itu dibuang ke kawah Gunung Kelud di Jawa Timur.
Komentar
Posting Komentar