Komunalbox.com
Sesungguhnya, keberadaan harimau di pusat Kerajaan Pajajaran bukanlah hal yang aneh. Apalagi sepeninggal para penduduk dan petinggi kerajaan, wilayah Pakuan berangsur-angsur menjadi hutan.
Dikutip dari buku Hitam Putih Pajajaran yang ditulis Ferry Taufiq El Jaquene, Kerajaan Pajajaran di era Prabu Surya Kencana ditinggalkan karena kalah perang dengan Kesultanan Banten.
Macan putih atau maung bodas menjadi salah satu simbol dari Prabu Siliwangi. Juga dikaitkan dengan khodam sakti.
Lalu, bagaimana asal usul kisah macan putih atau maung bodas dengan Prabu Siliwangi? Rupanya ini tidak lepas dari perjumpaan di Curug Sawer, Kabupaten Majalengka.
Pertemuan Prabu Siliwangi dengan kawanan macan putih tersebut, saat Sri Baduga Maharaja sedang beristirahat di tengah pengembaraannya.
Ketika melepas lelah, tiba-tiba muncul macan putih yang merupakan pasukan gaib. Atau bukan hewan sungguhan.
Seketika, Prabu Siliwangi diterkam oleh maung bodas tersebut. Namun, karena kesaktiannya, tidak ada satu pun yang mampu melukai Sri Baduga Maharaja.
Kemudian terjadilah pertarungan sengit. Sampai akhirnya raja gaib macan putih atau maung bodas, mengaku kalah.
Atas kekalahan tersebut, maung bodas gaib beserta pasukannya menyatakan mengabdi pada Prabu Siliwangi. Juga siap untuk bertaruh nyawa.
Khodam Macan Putih di Kujang
dengan bantuan pasukan gaib tersebut, Prabu Siliwangi kian sakti dibantu dengan adanya khodam macan putih.
Karenanya, sebagai imbal balik, Raja Sunda menempatkan khodam macam putih ke dalam kujang pusaka miliknya.
Kujang tersebut menjadi pusaka sakti milik Prabu Siliwangi dan selalu menyertai ke manapun sang raja bepergian.
Bahkan dalam legenda Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran ngahyang, disebutkan bahwa dia beralih rupa menjadi macan.
Prabu Siliwangi meninggalkan pesan atau amanat kepada para pengikutnya. Salah satu bunyi wangsit yang populer di kalangan masyarakat Sunda:
“Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung.” (Kalau aku sudah tidak menemanimu, lihat saja tingkah laku harimau).
Wangsit, yang bagi sebagian masyarakat Sunda itu sarat dengan filosofi kehidupan, menjadi semacam keyakinan bahwa Prabu Siliwangi telah bermetamorfosa menjadi maung (macan) setelah tapadrawa (bertapa hingga akhir hidup) di hutan belantara.
Peneliti Belanda Disambut Harimau
Peneliti Belanda, Scipio, kepada Gubernur Jenderal VOC, Joanes Camphuijs melaporkan mengenai jejak sejarah istana Kerajaan Pajajaran di kawasan Pakuan (daerah Batutulis Bogor sekarang).
Laporan penelitian yang ditulis pada tanggal 23 Desember 1687 tersebut berbunyi “dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort”.
Artinya, bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk Raja “Jawa” Pajajaran, masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau.
Bahkan kabarnya salah satu anggota tim ekspedisi Scipio pun menjadi korban terkaman harimau ketika sedang melakukan tugasnya.
Temuan lapangan ekspedisi Scipio itu mengindikasikan bahwa kawasan Pakuan yang ratusan tahun sebelumnya merupakan pusat kerajaan Pajajaran telah berubah menjadi sarang harimau.
Hal inilah yang menimbulkan mitos-mitos bernuansa mistis di kalangan penduduk sekitar Pakuan mengenai hubungan antara keberadaan harimau dan hilangnya Kerajaan Pajajaran.
Prabu Surya Kencana yang berkuasa selama 12 tahun, sebagian besar kepemimpinannya tidak lagi di Pakuan Pajajaran. Melainkan dari wilayah Pandeglang, Banten.
Komentar
Posting Komentar