Komunalbox.com
Masjid Keramat Banua Halat
Masjid Al-Mukarromah |
|
|
|
Letak |
|
Afiliasi agama |
|
Provinsi |
|
Distrik |
|
Deskripsi arsitektur |
|
Jenis arsitektur |
Masjid |
Gaya arsitektur |
Banjar |
Tahun selesai |
|
Spesifikasi |
|
Ulin |
Masjid Al-Mukarromah atau
yang lebih diketahui dengan nama Masjid Keramat Banua Halat adalah
noda satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang mempunyai di desa Banua Halat Kiri,
Disktrik Tapin Utara, Kabupaten Tapin. Masjid ini berjauhan sekitar 120
km dari ibukota provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
Daftar pokok
Sejarah
Tidak dikenali pasti kapan masjid ini dibangun. Menurut sejarah, masjid yang
dikeramatkan tersebut dibangun H. Syafrullah atau yang diketahui orang
terdahulu sebagai Datu Ujung (dalam versi lain mempunyai yang juga menyebutkan
seandainya masjid ini didirikan oleh Haji Mungani Salingnata
pada tahun 1840). Datu Ujung ini memiliki kehebatan yang masih diketahui hingga
sekarang, yaitu tiang miring. Tiang ini menjadi noda satu tiang
utama di masjid tersebut.
Sebagai tokoh warga yang diketahui,
Datu Ujung bersama warga membangun masjid keramat untuk tempat ibadah warga
sekitar. Saat pembangunan masjid tersebut tiang-tiang masjid dicari Datu Ujung
ke desa Batung, Disktrik Piani. Menurut sejarah pula, tiang-tiang itu hanya ditendang Datu Ujung
dengan kesaktiannya hingga bisa dihanyutkan ke sungai dan hingga di hadapan Masjid Keramat yang
mempunyai di pinggiran Sungai Tapin.
Setelah masjid selesai, warga
mengadakan selamatan. Saat selamatan itu ternyata ikan untuk di
makan warga kurang, lalu Datu Ujung berpesan kepada warga untuk jangan makan
dahulu sebelum ia datang karena Datu Ujung akan mengambil ikan di Negara, Hulu Sungai Selatan. Warga pun tidak percaya, mengingat
jarak selang Banua Halat dengan Negara sangat jauh, absurd
seandainya harus menunggu Datu Ujung kembali dalam waktu singkat. Walhasil
warga pun makan duluan, saat itulah Datu Ujung muncul dengan membawa banyak
ikan.
Melihat warga yang tidak
mengindahkan pesannya tersebut, membikin Datu Ujung berlaku marah hingga dia
menghentakkan kakinya ke tanah hingga menimbulkan bekas tanah yang miring.
Hingga sekarang, bekas pijakan tanah tersebut yang mempunyai di di anggota
pojok kanan masjid masih meninggalkan bekas.
Mengeluarkan minyak
Di noda satu tiang masjid, terdapat
sebuah tiang yang mengeluarkan minyak. Tidak dikenali pasti kapan minyak itu
keluar dan sebabnya. Banyak pengunjung masjid yang takjub akan hal itu. Bahkan
mereka berebut mengelus sebuah tiang berminyak itu dengan kapas, tisu hingga
lembaran uang kertas. Berbagai niat dan permintaan pun mereka utarakan saat
mengusap tiang itu.[1]
Sempat dibakar
Masjid ini pernah dibakar oleh Belanda. Pada saat terbakar, hampir seluruh material
propertti masjid yang mempunyai di tepian sungai itu ludes. Yang tersisa hanya
satu tiang utama yang kini terus mengeluarkan minyak itu. Kemudian, pada
tahun 1862 Masjid Al-Mukarromah dibangun kembali.[1]
Peristiwa unik
Pada tahun 1935, saat lantai masjid ditegel dan dalam tahap penghabisan, datang
seorang pengunjung bernama Ibu Zahra dari Balikpapan ke Masjid Keramat Banua Halat. Baru saja
masuk ke masjid, tiba-tiba saja Ibu Zahra dirasuki Datu Ujung dan bercakap,
"tolong bekas kedudukanku jangan diratakan, sebab itu menjadi ciri khas
masjid ini”.
Tidak hanya itu, Datu Ujung juga
berpesan apabila mempunyai orang yang berziarah ke masjid ini, biar tidak
ketemu Datu tapi masih bisa melihat sebuah tiang kayu ulin masjid yang menjadi
peninggalan yang dikeramatkan hingga sekarang.
Cerita yang lain, masjid ini
memiliki tajau (bejana) akbar sejumlah 3 buah yang berasal dari masa ratus
tahun 10 – 11 dinasti Tsung. Namun sekarang tersisa 2, sebab noda satunya
pecah. Tajau ini pun dipercaya warga sebagai tempat memandikan bayi dan orang
yang akan sembuh dari suatu penyakit. Bahkan sudah banyak yang terbukti
kebenarannya. Selain itu tajau dulunya hingga sekarang masih dipergunakan untuk
berwudhu untuk para jamaah.
Sementara itu, kisah yang pernah
terjadi di masjid ini adalah saat masjid ini pernah kehilangan sebuah jam
dinding kuno yang akbar, dicuri si "tangan panjang" pada tahun 1975. Sehari bubar jam akbar tersebut dicuri, keesokan harinya jam
tersebut dikembalikan orang yang mengambilnya ke tempat semula, dan anehnya
orang tersebut menjadi lenyap ingatan alias gila hingga penghabisannya
berpulang.
Hingga sekarang masjid ini masih
dikeramatkan, setiap hari selalu mempunyai saja peziarah yang datang dan
membaca doa selamat di masjid ini. Bahkan, setiap datangnya mualidurrasul, di
masjid ini digelar baayun anak massal yang pesertanya mencapai
700 orang, tidak hanya anak tapi orang matang juga.
Komentar
Posting Komentar