Langsung ke konten utama

Ramalan Jayabaya Bukan Sekadar Mitos, Ini Isinya


 Komunalbox.com

Ramalan Jayabaya atau yang dikenal dengan Jangka Joyoboyo selalu menarik perhatian dan menjadi buah bibir masyarakat Jawa. Ramalan yang berusia ratusan tahun itu dianggap memiliki ketepatan dan relevan dengan perkembangan zaman.

Ramalan yang disampaikan Raja Kediri, Prabu Jayabaya, itu berbentuk tembang atau kakawin dalam bahasa Jawa Kuno. Setiap kata yang digunakan mengandung makna yang mendalam.

Berbagai literatur menyebutkan Prabu Jayabaya memiliki kesaktian dalam meramalkan masa depan. Itulah sebabnya ramalannya yang mengupas nasib Pulau Jawa hingga tahun 2100 dipercaya sebagai mitos oleh masyarakat.

Dihimpun dari berbagai sumber, Minggu (19/12/2021), Prabu Jayabaya yang bergeral Sri Maharaja Sang Mapanji Sri Warmeswara Madhusudanawartanindita Parakrama Digyottunggadewa memerintah Kerajaan Kediri pada 1135-1157 Masehi. Berdasarkan kepercayaan Hindu, Jayabaya adalah Maharesi penganjur Ajaran Suci Weda terbesar dalam sejarah Indonesia.

Jika dibandingkan dengan ramalan lain, Jangka Jayabaya tampak melengkapi ramalah Ronggowarsito dalam Serat Kalatijha (1862) yang berisi tentang prediksi zaman edan. Sejumlah peneliti menganggap akurasi Ramalan Jayabaya disebabkan sifatnya yang luwes dengan kondisi zaman.

D Soesetro dan Zeinal Arif dalam buku berjudul Membuka Tabir Ramalan Jayabaya di Era Reformasi menjelaskan, makna ramalan ini bukan hanya terletak pada nubuat atau prediksinya, melainkan nilai kesusasteraan yang tinggi. Walaupun banyak ahli yang ragu dengan keaslian ramalan tersebut.

Dr Soekanto Kartaattnodjo, ahli tafsir tulisan kuno UGM Jogja ragu dengan kesalian ramaln itu karena tidak menemukan bukti ilmiah yang menunjukkan karya asli Ramalan Jayabaya. Meskipun demikian, sampai saat ini ramalan itu tetap hidup dalam kultur masyarakat Jawa.

Ramalan Jayabaya bukan hanya dipercaya masyarakat tradisional, tetapi juga modern. Dalam erspektif lain, ramalan ini diterima sebagai petunjuk kehidupan. Masyarakat Jawa umumnya menganggap ramalan ini sebagai warisan nenek moyang yang berisi petunjuk bagi kehidupan. Itulah sebabnya mereka menyebut ramalan ini sebagai Jangka Jayabaya, yang bermakna ramalan akan menjadi kenyataan jika di-jangkah atau dilaksanakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Ampuh Zoya Amirin Bikin Wanita Merem Melek Puas, Minta Lagi

 Komunalbox.com Seksolog Klinis Zoya Amirin,M.Psi.,FIAS membagikan tips ampuh agar pria wanita bisa puas bareng saat bermain cinta. Hal tersebut diungkapkan seksolog kondang itu dalam tayangan video yang diunggah di YouTube Zoya Amirin Zoya Amirin mengungkapkan, untuk mencapai kenikmatan semacam itu, pasangan perlu tahu mengenai fase-fase respons seksual manusia. Menurut Zoya Amirin, dalam teori Masters & Johnson, dikatakan semua orang mengalami 4 fase dalam hal tersebut. "Pertama adalah adalah excitement atau kegairahan. Biasanya hal ini ditandai dengan anu pria mengeras, begitu juga dengan organ intim wanita," jelas Zoya Amirin Zoya Amirin membeber, khusus untuk wanita, beberapa mungkin bertahan selama 10 menit di fase kedua sebelum mencapai fase ketiga. Namun, beberapa yang lain mungkin tidak mencapai fase ketiga, tapi merasakan ledakan-ledakan kecil di fase plateau. Menurut Zoya Amirin, berdasarkan perbedaan fase tersebut antara pria dan wanita, dirinya menyarankan ag...

RARA HOT

Ternyata Begini Sejarah dan Asal Usul Nama Gunung Kemukus di Sragen

 Komunalbox.com Bagaimana  sejarah  dan asal usul nama  Gunung Kemukus  di  Sragen , Jawa Tengah? Terdapat makam  Pangeran Samudro  di bukit yang berlokasi di Pendem, Kecamatan Sumberlawang ini. Menurut cerita, makam tersebut bakal menjadi cikal bakal adanya Gunung Kemukus. Bersumber dari artikel yang tayang di situs resmi  Pemkab Sragen , Pangeran Samudro merupakan putra Raja Majapahit terakhir dari istri selir. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro dan ibunya yang bernama Ontrowulan diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan di Demak. Dari sini sejarah dan asal usul Gunung Kemukus bermula. Selama di Demak, Pangeran Samudro dibimbing tentang ilmu  Islam  oleh  Sunan Kalijaga . Setelah dirasa cukup, Pangeran Samudro diminta untuk berguru lagi kepada Kiai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur, lereng  Gunung Lawu. Pangeran Samudro pun menuruti permintaan gurunya tersebut. Selama di lereng Gunung Lawu, dia belaj...